Presiden Kolombia Tuduh AS Melanggar Kedaulatan, Tewaskan Nelayan Tak Bersalah
Jakarta, CNN Indonesia – Presiden Kolombia, Gustavo Petro, menuduh Amerika Serikat (AS) telah melanggar kedaulatan negaranya dan menyebabkan tewasnya seorang nelayan bernama Alejandro Carranza. Tuduhan ini muncul setelah Presiden AS, Donald Trump, mengonfirmasi bahwa pasukannya telah melakukan serangan militer dalam kampanye melawan narkoba di Karibia.
Petro menyatakan, “Pejabat pemerintah AS telah melakukan pembunuhan dan melanggar kedaulatan kami di perairan teritorial kami. Nelayan Alejandro Carranza tidak memiliki hubungan dengan pengedar narkoba, dan aktivitas sehari-harinya adalah menangkap ikan.” Pengakuan ini disampaikan melalui akun X-nya, dengan menyertakan video kesaksian dari anggota keluarga Carranza.
Kejadian tragis ini berlangsung pada September lalu saat Carranza sedang melaut untuk mencari ikan. Menurut Petro, kapal nelayan tersebut diserang ketika sinyal marabahaya diaktifkan, dan ia menuntut penjelasan dari pemerintah AS terkait insiden ini.
Sementara itu, Donald Trump menegaskan bahwa serangan militernya merupakan bagian dari upaya mendebat aliran narkoba dari Amerika Latin ke AS. Ia menyebut serangan tersebut memberikan pukulan besar bagi perdagangan narkoba, walaupun hingga saat ini belum ada bukti yang menunjukkan bahwa 27 orang yang tewas dalam serangan tersebut adalah penyelundup narkoba.
Dalam keterangannya, Trump juga mengumumkan bahwa dua tersangka pengedar narkoba akan dipulangkan ke negara asal mereka, Ekuador dan Kolombia. “Merupakan kehormatan besar bagi saya untuk menghancurkan kapal selam pembawa narkoba yang berlayar menuju Amerika Serikat,” ujar Trump dalam unggahan di platform Truth Social.
Dari pihak Kolombia, Petro mengonfirmasi bahwa salah satu tersangka asal Kolombia telah dipulangkan dan akan menghadapi proses hukum. “Kami senang dia masih hidup dan akan dituntut sesuai hukum,” tambahnya. Tersangka berusia 34 tahun tersebut dilaporkan dalam kondisi kesehatan yang serius, dengan trauma otak dan menggunakan ventilator pasca penangkapannya.
Sejak bulan lalu, AS telah melancarkan serangkaian serangan di Karibia, menargetkan enam kapal, sebagian besar speedboat, dengan dugaan bahwa beberapa di antaranya berasal dari Venezuela. Namun, Washington belum mengungkapkan titik keberangkatan kapal selam yang diduga mengangkut narkoba dalam serangan terbaru ini.
Kapal semi-submersible yang sering dipakai untuk menyelundupkan narkoba telah menjadi masalah serius selama bertahun-tahun, terutama untuk mengangkut kokain dari Kolombia ke Amerika Tengah atau Meksiko melalui Samudera Pasifik. Pemerintah Petro sebelumnya telah mengkritik keras kampanye militer AS dan mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk membuka proses pidana terhadap Trump terkait serangan tersebut.
Isu ini tidak hanya mengedepankan ketegangan antara Kolombia dan AS, tetapi juga menyoroti tantangan besar yang dihadapi dalam perang melawan narkoba di kawasan. Penanganan yang lebih tepat dan diplomasi antarnegara tampaknya menjadi langkah penting untuk menghindari insiden serupa di masa mendatang.









