Internasional

Koalisi Terbentuk, Sanae Takaichi Berpotensi Jadi Perdana Menteri Perempuan Pertama Jepang

Avatar photo
13
×

Koalisi Terbentuk, Sanae Takaichi Berpotensi Jadi Perdana Menteri Perempuan Pertama Jepang

Sebarkan artikel ini

Koalisi Baru Siapkan Jalan bagi Sanae Takaichi Jadi Perdana Menteri Perempuan Pertama Jepang

Jakarta, CNN Indonesia — Partai Demokrat Liberal (LDP) Jepang yang berkuasa, bersama dengan Partai Inovasi Jepang (JIP) yang merupakan oposisi utama, sedang bersiap membentuk koalisi baru. Langkah ini bertujuan untuk mengukuhkan Sanae Takaichi sebagai perdana menteri perempuan pertama di Jepang setelah kemenangan LDP dalam pemilihan umum pada awal Oktober 2025. Namun, perjalanan Takaichi menuju kursi perdana menteri terhambat oleh runtuhnya koalisi sebelumnya yang telah berkuasa selama 26 tahun.

Sejak koalisi lama runtuh, LDP berupaya menyusun aliansi baru yang diharapkan dapat mengembalikan peluang Takaichi. Menurut laporan AFP, media lokal Kyodo News menginformasikan bahwa Takaichi dan Hirofumi Yoshimura, pemimpin JIP, direncanakan akan menandatangani perjanjian koalisi pada Senin, 20 Oktober. Informasi ini diperoleh dari sejumlah sumber yang merupakan pejabat senior di kedua partai, meskipun mereka memilih untuk tidak diungkapkan identitasnya.

Tak hanya Kyodo News, surat kabar terkemuka Yomiuri Shimbun juga menyebutkan bahwa kesempatan bagi Takaichi dan Yoshimura untuk menandatangani kesepakatan koalisi semakin dekat setelah pertemuan yang dijadwalkan. Pengumuman ini muncul setelah Partai Komeito, mitra junior LDP, menarik diri dari koalisi dan menyebabkan krisis politik di Jepang. Meski oposisi terpecah, mereka tetap melancarkan upaya untuk menggulingkan LDP, namun usaha ini tidak membuahkan hasil.

AFP melaporkan, jika LDP dan JIP berhasil membentuk aliansi, ada kemungkinan Takaichi akan terpilih sebagai perdana menteri pada Selasa, 21 Oktober. Meskipun saat ini LDP dan JIP masih kekurangan dua kursi untuk mencapai mayoritas, Takaichi tetap bisa meraih dukungan lebih banyak anggota parlemen jika pemungutan suara berlanjut ke putaran kedua.

Situasi politik yang penuh gejolak ini muncul menjelang kedatangan Presiden AS, Donald Trump, yang dijadwalkan tiba di Jepang sebelum berlangsungnya KTT tahunan Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di Korea Selatan. Mengingat pentingnya pertemuan tersebut bagi hubungan internasional, stabilitas pemerintahan Jepang menjadi sangat krusial di tengah perubahan politik yang signifikan saat ini.

Sebagai catatan, jika terpilih, Sanae Takaichi akan mencatat sejarah sebagai perempuan pertama yang menjabat sebagai perdana menteri Jepang, suatu pencapaian besar dalam sejarah politik negara tersebut. Takaichi yang memberikan suara tegas dalam berbagai isu, termasuk kebijakan luar negeri dan ekonomi, dianggap mampu memimpin Jepang melalui masa-masa yang penuh tantangan.

Perkembangan ini menarik perhatian banyak kalangan, mengingat dampak signifikan yang akan ditimbulkan bagi kebijakan domestik dan internasional Jepang. Kini, seluruh mata tertuju pada proses pembentukan koalisi dan langkah selanjutnya yang akan diambil oleh Takaichi dan partai-partai terkait.

Dengan situasi ini, masyarakat Jepang berharap agar koalisi yang baru dibentuk dapat membawa solusi dan arah positif bagi negara, terutama dalam menghadapi tantangan global yang semakin kompleks.