Berita

Pria Diduga ODGJ Mengamuk dan Mensandera Dua Anaknya di Pasar Rebo

Avatar photo
10
×

Pria Diduga ODGJ Mengamuk dan Mensandera Dua Anaknya di Pasar Rebo

Sebarkan artikel ini

Berkaca dari Insiden Penyanderaan di Jakarta Timur: Pentingnya Penanganan Kasus Kejiwaan

Seorang pria yang diduga mengalami gangguan jiwa (ODGJ) mengamuk dan menyandera dua anaknya di sebuah rumah toko fotokopi di Pasar Rebo, Jakarta Timur, pada Jumat, 17 Oktober 2025. Kejadian ini mengundang perhatian masyarakat dan menjadi peringatan penting akan perlunya perhatian serius terhadap masalah kesehatan mental di Indonesia.

Kepala Seksi Operasi Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Jakarta Timur, Abdul Wahid, mengungkapkan bahwa sebelum insiden terjadi, pria tersebut sering dilaporkan mengalami halusinasi dan stres berat. “Menurut informasi dari warga, orang tersebut kerap tampak berhalusinasi. Ini perlu dicermati lebih lanjut oleh pihak berwenang,” katanya saat mengonfirmasi berita kepada media.

Kejadian ini dimulai pada pagi hari saat pria tersebut menahan dua anak kandungnya di dalam ruko fotokopi. Laporan mengenai penyanderaan tersebut diterima oleh pihak Gulkarmat sekitar pukul 08.35 WIB. Warga setempat, yang khawatir akan keselamatan anak-anak, segera melaporkan situasi ini kepada Kantor Sektor Pemadam Pasar Rebo demi mendapat bantuan.

Abdul Wahid menekankan pentingnya respons cepat dari masyarakat. “Warga memiliki peranan besar dalam melaporkan keadaan darurat. Dalam kasus ini, kepedulian masyarakat sangat membantu mengevakuasi anak-anak itu dari situasi kritis,” ujarnya. Tim Gulkarmat pun segera menerjunkan personel untuk menangani insiden tersebut dengan hati-hati, demi memastikan keselamatan seluruh pihak yang terlibat.

Insiden ini memperlihatkan betapa pentingnya penanganan yang tepat bagi individu dengan gangguan jiwa. Di Indonesia, stigma terhadap ODGJ sering kali menghalangi upaya pencegahan dan penanganan yang efektif. Masyarakat umumnya masih kurang memahami apa yang dialami oleh orang-orang tersebut, sehingga seringkali melahirkan ketakutan dan pengucilan.

Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah, terutama dalam hal penyuluhan dan akses kepada layanan kesehatan mental. Menurut data dari Kementerian Kesehatan, tingkat prevalensi gangguan mental di Indonesia cukup tinggi, dan sering kali diabaikan hingga menyebabkan situasi berbahaya seperti yang baru saja terjadi. Pendidikan dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan mental seharusnya menjadi prioritas dalam upaya penanggulangan.

Penyanderaan ini juga memunculkan kerentanan anak-anak yang terlibat. Dalam kasus ini, dua anak itu berhasil dievakuasi dengan selamat, namun dampak psikologis dari insiden tersebut perlu mendapatkan perhatian yang serius. Psikolog merekomendasikan agar anak-anak ini menerima pendampingan agar dapat mengatasi trauma yang mungkin muncul akibat situasi mencemaskan yang mereka alami.

Kejadian di Pasar Rebo seharusnya menjadi pengingat bagi kita semua—bahwa kesehatan mental adalah isu sosial yang harus diperhatikan. Dari keseluruhan insiden ini, penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk lebih bersinergi dalam menangani kasus-kasus ODGJ, serta membangun lingkungan yang lebih suportif bagi mereka yang membutuhkan.

Melalui tindakan pencegahan dan edukasi, diharapkan insiden serupa tidak terulang di masa mendatang, demi terwujudnya masyarakat yang lebih sejahtera dan peduli.