Netanyahu Bersaksi di Pengadilan Korupsi, Didampingi Dukungan Pejabat
Jakarta, CNN Indonesia – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, hadir di Pengadilan Distrik Tel Aviv pada Rabu (15/10) untuk memberikan kesaksian dalam kasus korupsi yang menjeratnya. Sidang ini sebelumnya ditunda selama sebulan akibat libur Yahudi dan agenda perjalanannya ke New York untuk menghadiri sidang ke-80 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Netanyahu tiba di pengadilan dengan dukungan penuh dari menteri dan anggota parlemen Partai Likud yang dipimpinnya. Media Israel, Ynet News, melaporkan bahwa mereka mengekspresikan keprihatinan terhadap proses persidangan yang dinilai tidak adil dan merugikan kepentingan nasional. Menteri Pendidikan, Yoav Kisch, salah satu pendukung utama Netanyahu, mengacu pada pernyataan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, di Knesset pada Senin (13/10) yang menyebut persidangan ini sebagai “politikal, terdistorsi, dan berdasarkan motif asing” dan menyerukan agar sidang tersebut dibatalkan.
Sebelum menghadiri persidangan, Netanyahu berusaha menghindar dari tuntutan hukum dengan meminta penundaan yang didasari oleh agenda pertemuannya dengan Presiden Siprus serta sejumlah pertemuan diplomatik mendesak. Namun, media melaporkan bahwa salah satu pertemuan penting tersebut berhubungan dengan rencana kunjungan Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, ke Israel, yang kemudian dibantah oleh Kementerian Luar Negeri RI. Sumber dari pejabat Israel menyebutkan bahwa kunjungan tersebut telah dipastikan dengan campur tangan Trump, namun Indonesia terpaksa membatalkannya setelah informasi itu bocor ke publik.
Sidang yang berlangsung pada hari Rabu ini berakhir lebih cepat dari yang direncanakan, setelah Netanyahu mengeluhkan bahwa dirinya mengalami sakit, yang membuat hakim mengabulkan permohonan untuk mempersingkat proses persidangan. Di balik semua ini, Netanyahu menghadapi tuduhan serius, termasuk menerima hadiah mewah senilai lebih dari 700.000 shekel, di antaranya cerutu premium, perhiasan, dan champagne, dari pengusaha kaya dengan imbalan dukungan politik.
Rangkaian kasus ini juga mencakup dua tuduhan lainnya yang menyatakan bahwa Netanyahu berusaha memengaruhi liputan media untuk kepentingan pribadinya. Dalam konteks ini, Trump juga mengulangi permintaan untuk memberikan pengampunan bagi Netanyahu kepada Presiden Israel, Isaac Herzog. Menurut Trump, berlanjutnya proses hukum terhadap Netanyahu menghambat negosiasi damai untuk konflik di Gaza.
Pinggiran berita ini menunjukkan betapa tajamnya ketegangan politik yang mengelilingi Netanyahu. Dengan berbagai dugaan korupsi dan keterlibatan sejumlah pejabat tinggi, kasus ini bukan hanya sebuah proses hukum, tetapi juga mencerminkan dinamika politik yang lebih besar di Israel dan hubungan internasionalnya.
Dengan demikian, persidangan Netanyahu tidak hanya menjadi momen penting dalam sejarah politik Israel, tetapi juga mempengaruhi hubungan diplomatik yang lebih luas, termasuk dengan negara-negara di kawasan dan dunia internasional. Ketegangan ini menutup berita dengan pertanyaan besar tentang masa depan Netanyahu dan dampaknya terhadap stabilitas politik di Israel.


 
							







